Your Ad Here

PARADIGMA PENDIDIKAN

Posted by shinbe | 5:28 AM | Comments

Pada dasarnya paradigma pendidikan tidak bisa lepas dari akar filosofisnya. Dimana filsafat merupakan mother of science, sehingga membahas paradigma pendidikan merupakan membahas filsafat terapan. Oleh Zuhairini (1995) dikemukakan terdapat lima aliran filsafat pendidikan meliputi :

a. Progresifisme, dengan bercirikan atas segala bentuk otoritarianisme dan absolutisme. Menaruh kuasa penuh pada manusia untuk menentukan hidupnya. Sederhananya bahwa manusia dipandang sebagai penentu atau pelaku aktif atas nasib dan hidupnya sendiri. Memandang bahwa pendidikan harus berorientasi pada masa depan (progress), sehingga tidak bersifat instan dan kekinian (the present). Bersifat praksis, yaitu bukan sekedar asumsi-asumsi teoritis, juga tidak semata-mata praktis. Maksudnya dengan konstruksi pemikiran idealis tersebut harus mampu terejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Esensialisme, bercirikan pandangan-pandangan humanisme. Jika progresif lebih pada anti-kemapanan maka aliran ini lebih berorientasi untuk mempertahankan nilai-nilai yang telah mapan. Aliran ini merupakan gelombang counter atas pola pikir ilmiah dan materilistik abad modern, sehingga mengabaikan potensi-potensi kemanusian (humanisme). Karena modernitas berbuah kehampaan spiritual bagi manusia yang bertententangan dengan fitrahnya secara umum. Oleh karena itu pandangan filsafat esensialisme berupaya untuk mengembalikan manusia sesuai dengan fitrahnya.

c. Perenialisme, bercirikan atas norma-norma kekekalan abadi. Sesuai dengan namanya yang berari “abadi” atau “kekal”. Aliran ini juga merupakan gelombang counter terhadap modernitas di Barat yang cenderung kering dari nuansa religius.

d. Eksistensialisme, mencuat setelah perang dunia kedua. Tujuan utama aliran ini adalah mengembalikan sepenuhnya peradaban manusia yang hampir mengalami kepunahan. Pasca perang dunia kedua peradaban manusia banyak yang hancur akibat keserakahan manusia. Aliran ini mencoba untuk menjawab fenomena kepunahan peradaban manusia.

e. Rekonstruksionisme, menjadi kekuatan baru dalam usaha membongkar tatanan lama (old order) yang penuh dengan permasalahan menjadi tatanan baru (new order) demi kebaikan manusia. Para pendukungnya yakin akan tatanan dunia baru dengan peradaban yang baru juga.

Disarikan dari Mu’arif; Wacana Pendidikan Kritis, menelanjangi problematika, meretas masa depan pendidikan kita, Yogyakarta, 2005, IRCiSoD, halaman 44 - 47